Sameton Pande pasti sudah banyak yang tau kalau warga Pande tidak
dizinkan memakan daging ikan jeleg/deleg (ikan gabus). Tapi apakah
setiap keluarga yang melarang keluarganya memakan be jeleg menjelaskan
kenapa warih Pande tidak diperkenankan memakan ikan jeleg? Seperti kami
sendiri, banyak yang orang tua kami yang sama seperti kami, "Nak keto
pabesen lingsir-lingsire pidan, jeg tuutin da bana nglawan, nyanan kena
pamastu!," begitulah orangtua sering mengatakan karena ketidak tahuannya
dan kami pun mengikutinya. Namun di zaman sekarang, anak muda yang
enerjik dan penuh rasa ingin tahu tak cukup diberikan jawaban "nak mula
keto", mereka selalu ingin mencari jawaban atas segala pertanyaan di
otaknya agar tidak selalu terkukung oleh dogma nak mula keto.
Lalu kenapa Warga Pande tidak boleh makan be jeleg?
Sebenarnya larangan
ini ada dalam salah satu bhisama Warga Pande yaitu pada larangan Asta
Candala. Beginilah ceritanya :
Pada tahun 1556 Masehi, ketika terjadi pembrontakan atas pemerintahan
Dalem Bekung yang dilakukan oleh Arya Batan Jeruk ( keturunan arya
kepakisan ) sehingga Arya Batan duanggap Angesti Muji Dadia Sang Prabu.
(bercita-cita ingin menjadi Raja).
Akhirnya Arya Batan Jeruk tewas setelah di kejar sampai Bonganya,
Karangasem. Pembrontakan selanjutnya dilakukan oleh Kyayi Pande Bhasa,
yang terlibat pembrontakan ini dalah Keluarga Pande Capung yang didukung
keluarga besar. Kerajaan Gelgel terpecah belah terutama keturunan
Majapahit. Mereka menegaskan jati diri, karena ada unsur saling curiga.
Para Pasek dan Pande mebantu penguasa yang dekat sama mereka.
Ketika pembrontakan dapat di padamkan yang memihak raja tetap tinggal di
Gelgel dan yang memihak para pembrontak mengungsi dan menyelamatkan
diri. Karena keterlibatan para Pande terutama di Klungkung.
Sewaktu-waktu para Pande dapat terbunuh.
Sang Bhagawan sebagai penasehat Raja bercerita kepada Raja bahwa
Penyebab Kekacauan yang merajarela adalah Sira Pande, "nak I Pande sane
ngaryanin Sanjata nu idup, ipun sane ngranayang wenten perang, yen I
Pande ten wenten, sinah ten wenten perang". Menurut Bhagawan Sira Pande
yang membuat senjata ke sana ke mari dan meyakinkan raja bahwa Sira
Pande menyebabkan hal itu dan menyarankan membunuh semua Pande sampai
habis karena jadi biang keladi.
Ida Dalem menerima saran dari sang bhagawan dan memerintahkan membunuh
seluruh Warga Pande baik yang kecil, bayi, muda, tua tanpa pri
kemanusiaan. Sehingga banyak warga Pande yang kalang kabut dikejar-kejar
oleh pasukan kerajaan, bahkan rela nyineb wangsa, menghilangkan nama
Pande dan tidak mengaku sebagai warga Pande agar bisa bertahan hidup. I
Pande yang tak mau meninggalkan leluhur dan tetap mengaku sebagai Warga
Pande terus berlarian bersembunyi dari orang-orang yang memburu I
Pande. Satu per satu mereka ditemukan dan dibunuh.
Tetapi atas perlindungan Ida Ratu Bagus Pande ada seorang warga Pande
masih hidup. Warga pande itu dilindungi dan di sembunyikan oleh Jangga
Wadita (be jeleg) di bawah air terjun di Sawah Gambangan. Orang yang
memburu warga Pande itu berpikir tidak mungkin si Pande bersembunyi di
telaga itu. Ikan yang ada di telaga itu tidak beranjak pergi. Jika air
terjun ini menjadi persembunyian si Pande sudah pasti ikan Gabus yang
mengambang di telaga ini akan pergi dan gelombang air pun tidak ada sama
sekali. Dengan mengalami kejadian itu si Pande bersumpah sampai
keturunannya tidak akan memakan ikan Gabus. Itulah sedikit sejarahnya
kenapa kita dilarang memakan "BE JELEG" atau IKAN GABUS.
Sumber : http://pandetamanbali.blogspot.co.id
http://dharma-buana.blogspot.com/2017/01/alasan-mengapa-warga-pande-tidak-boleh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar