Sejarah Desa Pakraman
Bebandem
Desa Adat Bebandem pada zaman dahulu bernama Desa Adat Bahung Teringan.
Pusat kepemerintahannya terletak di Banjar Tihingan, tepatnya di Pura Panti
sekarang. Pada tahun icaka 1103, Raja Bali menganugrahkan sebuah prasasti yang
bernama prasasti Bahung Teringan. Pada saat itu kawasan ini disahkan menjadi
desa adat yang bernama Desa Adat Bahung Teringan. Prasasti tersebut disimpan di
Pura Gumi, dan dikeramatkan sampai sekarang.
Dari cerita tersebut di atas, maka sebuah nama Tihingan berasal dari kata
Teringan (prasasti), sedangkan kata panti yaitu pura panti
merupakan tempat berkumpulnya atau tempat perarem para pendahulu Desa
Adat. Pada awalnya desa adat berjumlah 30 orang, selanjutnya bertambah menjadi
40 orang, yang sekarang menjadi Krama Muwed 40 orang. Dari panti inilah
prosesi atau paruman-paruman dalam upaya untuk mewujudkan desa adat.
Setelah melakukan beberapa pertemuan akhirnya Raja Bali mengijinkan krama
40 orang untuk mengambil Bale Agung yang semula berada di Desa Komala, untuk
digunakan sebagai Bale Agung Desa Adat Bahung Teringan. Namun krama desa
40 orang sangat yakin kalau Desa Komala tidak akan memberikannya. Pada suatu
malam, dengan segala persiapan dan didukung oleh kekuatan gaib, krama desa
40 orang yang dipimpin oleh Jero Bendesa (Gede Pasek Tegeh) berangkat menuju
Desa Komala dan mengambil Bale Agung tersebut.
Krama Desa 40 orang yang dipimpin oleh Gede Pasek Tegeh dan didampingi oleh Jero
Kebayan Sakti, berhasil mengangkat Bale Agung tanpa melepas peralatannya.
Bale agung berhasil diangkat dan diseberangkan ke barat sungai Krekuk,
selanjutnya berhenti di Desa Tatag. Pada saat Bale Agung itu diangkat, krama
Desa Komala tertidur lelap, sehingga keesokan harinya Bale Agung telah hilang.
Di Desa Tatag inilah selanjutnya Bale Agung tersebut disembunyikan, karena
malam sudah menjelang pagi, kekuatan-kekuatan gaib telah berkurang. Selama
disembunyikan di Desa Tatag, masyarakat Komala juga tidak mengetahui keberadaan
Bale Agung tersebut. Kemudian Krama Desa 40 orang memilih malam yang
baik untuk melanjutkan mengangkat Bale Agung tersebut sampai di Panti.
Diceritakan sampailah Bale Agung tersebut di Panti (Pura Panti
sekarang). Panti inilah yang menjadi pusat pemerintahan Desa Adat Bahung
Teringan. Setelah berjalan beberapa lama, Krama Desa 40 orang melakukan paruman
untuk memindahkan Bale Agung tersebut ke Bebalang (Bebandem sekarang). Adapun
yang menjadi dasar pertimbangan seperti : (1) agar keberadaan Bale Agung jauh
dari Desa Komala, (2) agar Pura Kahyangan Tiga seperti Pura Dalem
dekat dengan setra, serta setra harus di teben desa, 3) dekat
dengan Pura Gumi, 4) agar kahyangan tiga strategis sesuai dengan Padma
Bhuana Besakih.
Pada suatu hari, krama Desa 40 memindahkan Bale Agung dari Panti ke
Bebalang dan menetap sampai sekarang di Bebandem. Seiring dengan berjalannya
desa adat, keadaan penduduk juga bertambah dan membuat kelompok-kelompok yang
disebut dengan banjar, yang terdiri dari 6 kelompok yaitu: Tihingan,
Bebandem, Kayuputih, Tunggak, Dukuh, Nagasari. Selanjutnya banjar
tersebut juga mengalami perkembangan. Tihingan menjadi 3 banjar,
Bebandem menjadi 2 banjar. Sehingga Desa Adat Bahung Teringan terdiri
dari 9 banjar.
Sekitar tahun Caka 1700, Desa Adat Bebandem mengalami permasalahan dengan
Banjar Adat Dukuh, Banjar Adat Nagasari, dan Banjar Adat Tunggak. Akan tetapi
permasalahan tersebut berhasil diselesaikan oleh Raja Karangasem yaitu Ida I
Gusti Ngurah. Raja Karangasem memberikan keputusan terhadap Banjar Adat Dukuh,
Banjar Adat Nagasari, dan Banjar Adat Tunggak untuk nyabu ke Desa Adat
yang disebut Banjar Adat Sesabu Dukuh, Banjar Adat Sesabu
Tunggak, dan Banjar Adat Sesabu Nagasari, serta ketiga banjar adat
tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang sama di Desa Adat Bebandem.
Pada saat sekarang, semua banjar sudah disamakan menjadi Banjar Pakraman
dan tidak ada lagi sebutan nama sesabu. Kurang lebih Isaka 1700 di Desa
Adat Bebalang mengalami pergolakan sehingga terjadi krisis kepemimpinan, maka krama
desa 40 orang datang ke Banjar Adar Sesabu Dukuh Nagasari memohon agar
keturunan dari Sang Putus I Gusti Bebandem menjadi pemucuk/bendesa. Maka
sejak saat itulah Desa Adat Bebalang berubah menjadi Desa Adat Bebandem.
Perubahan nama Desa Adat Bebandem tersebut sebagai perwujudan rasa hormat Krama
Desa Bebandem kepada keturunan I Gusti Bandem, yang pada saat itu dimohon
menjadi pemucuk/bendesa. Kata Bebandem berasal dari dua suku kata yaitu be
dan bandem. Be diambil dari kata depan Bebalang, sedangkan Bandem
diambil dari kata nama belakang I Gusti Bandem. Dengan penyandian (penambahan)
menjadi Bebandem. (Sukarti, Wawancara tanggal 1 Maret 2012).
Letak Geografis Desa Pakraman
Bebandem
Secara Geografis Desa Pakraman Bebandem, Kedesaan dan Kecamatan
Bebandem Kabupaten Karangasem berjarak 8 km dari kota Amlapura, serta 80 km
dari arah timur kota Denpasar. Desa Pakraman ini memiliki luas wilayah
1.089.892 ha. Untuk lebih jelannya, lokasi penelitian akan penulis uraian dalam
sub bahasan geografis desa dan keadaan penduduk diperoleh dari Profil Desa
Desember 2009.
Desa Pakraman ini memiliki luas wilayah 1.089.892 hektar, yang telah
dimanfaatkan untuk perumahan seluas 27.898 hektar (2,56%), untuk
persawahan seluas 229.729 hektar (21,08%), untuk perkebunan seluas 790.757
hektar (72,55%), untuk kuburan seluas 2.500 hektar (0,23%), untuk pura seluas 15.200
hektar(1,39%), untuk lapangan seluas 1.000 hektar (0,09%), untuk pasar seluas
1.426 hektar (0,13%), untuk Kantor Desa dan gedung sekolah seluas 21.382
hektar(1,96%). Desa Pakraman Bebandem ini merupakan wilayah dataran
rendah dengan ketinggian 500 – 700 meter
dari permukaan laut.
Adapun wilayah Desa Pakraman
Bebadem Kedesaan Dan Kecamatan Bebadem sesuai dengan awig-awig adat desa
setempat yakni : sargah I
palet 4 pawos 1 mengenai wawengkon: Banjar Adat Desa;
Banjar Adat Kayuputih; Banjar Adat Nagasari; Banjar Adat Tunggak; Banjar Adat Tengah; Banjar Adat Dukuh; Banjar Adat
Tihingan Kangin; Banjar Adat Tihingan Kauh; Banjar Adat Tihingan Tengah.
Awig-awig adat desa setempat yakni : sargah I palet 2 pawos 1 wewidangan :
a. Sisi Kangin / Timur Tukad Krekuk, Desa Adat Liligundi, Tohpati
dan Desa Jungsri
b. Sisi Kelod / Selatan Pakraman Kastala dan Desa Papung
c. Sisi Kauh / Barat Cingcing Buu Tukad Dalem dan Desa Adat Sibetan
d. Sisi Kaler / Utara Rurung Pengalu, Desa Adat Sibetan
Wilayah daerah Desa Bebandem
beriklim sub tropis, sedangkan pada umumnya mengalami musim hujan dari bulan
Oktober sampai dengan bulan April. Akan tetapi, musim kemarau dari bulan April
sanpai dengan bulan Oktobr, temparatur di wilayah ini minimal 25 oC – 27 oC.
Keadaan curah hujan di Desa
Bebandem relatif sedang dengan curah
hujan rata-rata 2907 mm / tahun. Desa Bebandem ini memiliki potensi yang
cukup baik untuk lahan pertanian baik persawahan maupun perkebunan, mengingat
penduduk Desa Bebandem adalah sepertiga lebih sebagai petani, mencapai 85 % dari jumlah penduduk yang ada.
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino & Hotel, Cherokee (North 평택 출장마사지 Carolina) · Casino. 0.4 miles from the 포천 출장샵 center of 남원 출장샵 town · Harrah's Cherokee 남양주 출장샵 · Casino. 0.5 경상북도 출장샵 miles