coba klik salah satu icon di bawah gambar pasti seru

Sabtu, 03 Desember 2016

Gambaran Umum Desa Bebandem




Sejarah Desa Pakraman Bebandem
Desa Adat Bebandem pada zaman dahulu bernama Desa Adat Bahung Teringan. Pusat kepemerintahannya terletak di Banjar Tihingan, tepatnya di Pura Panti sekarang. Pada tahun icaka 1103, Raja Bali menganugrahkan sebuah prasasti yang bernama prasasti Bahung Teringan. Pada saat itu kawasan ini disahkan menjadi desa adat yang bernama Desa Adat Bahung Teringan. Prasasti tersebut disimpan di Pura Gumi, dan dikeramatkan sampai sekarang.
Dari cerita tersebut di atas, maka sebuah nama Tihingan berasal dari kata Teringan (prasasti), sedangkan kata panti yaitu pura panti merupakan tempat berkumpulnya atau tempat perarem para pendahulu Desa Adat. Pada awalnya desa adat berjumlah 30 orang, selanjutnya bertambah menjadi 40 orang, yang sekarang menjadi Krama Muwed 40 orang. Dari panti inilah prosesi atau paruman-paruman dalam upaya untuk mewujudkan desa adat. Setelah melakukan beberapa pertemuan akhirnya Raja Bali mengijinkan krama 40 orang untuk mengambil Bale Agung yang semula berada di Desa Komala, untuk digunakan sebagai Bale Agung Desa Adat Bahung Teringan. Namun krama desa 40 orang sangat yakin kalau Desa Komala tidak akan memberikannya. Pada suatu malam, dengan segala persiapan dan didukung oleh kekuatan gaib, krama desa 40 orang yang dipimpin oleh Jero Bendesa (Gede Pasek Tegeh) berangkat menuju Desa Komala dan mengambil Bale Agung tersebut.

Krama Desa 40 orang yang dipimpin oleh Gede Pasek Tegeh dan didampingi oleh Jero Kebayan Sakti, berhasil mengangkat Bale Agung tanpa melepas peralatannya. Bale agung berhasil diangkat dan diseberangkan ke barat sungai Krekuk, selanjutnya berhenti di Desa Tatag. Pada saat Bale Agung itu diangkat, krama Desa Komala tertidur lelap, sehingga keesokan harinya Bale Agung telah hilang. Di Desa Tatag inilah selanjutnya Bale Agung tersebut disembunyikan, karena malam sudah menjelang pagi, kekuatan-kekuatan gaib telah berkurang. Selama disembunyikan di Desa Tatag, masyarakat Komala juga tidak mengetahui keberadaan Bale Agung tersebut. Kemudian Krama Desa 40 orang memilih malam yang baik untuk melanjutkan mengangkat Bale Agung tersebut sampai di Panti.
Diceritakan sampailah Bale Agung tersebut di Panti (Pura Panti sekarang). Panti inilah yang menjadi pusat pemerintahan Desa Adat Bahung Teringan. Setelah berjalan beberapa lama, Krama Desa 40 orang melakukan paruman untuk memindahkan Bale Agung tersebut ke Bebalang (Bebandem sekarang). Adapun yang menjadi dasar pertimbangan seperti : (1) agar keberadaan Bale Agung jauh dari Desa Komala, (2) agar Pura Kahyangan Tiga seperti Pura Dalem dekat dengan setra, serta setra harus di teben desa, 3) dekat dengan Pura Gumi, 4) agar kahyangan tiga strategis sesuai dengan Padma Bhuana Besakih.
Pada suatu hari, krama Desa 40 memindahkan Bale Agung dari Panti ke Bebalang dan menetap sampai sekarang di Bebandem. Seiring dengan berjalannya desa adat, keadaan penduduk juga bertambah dan membuat kelompok-kelompok yang disebut dengan banjar, yang terdiri dari 6 kelompok yaitu: Tihingan, Bebandem, Kayuputih, Tunggak, Dukuh, Nagasari. Selanjutnya banjar tersebut juga mengalami perkembangan. Tihingan menjadi 3 banjar, Bebandem menjadi 2 banjar. Sehingga Desa Adat Bahung Teringan terdiri dari 9 banjar.
Sekitar tahun Caka 1700, Desa Adat Bebandem mengalami permasalahan dengan Banjar Adat Dukuh, Banjar Adat Nagasari, dan Banjar Adat Tunggak. Akan tetapi permasalahan tersebut berhasil diselesaikan oleh Raja Karangasem yaitu Ida I Gusti Ngurah. Raja Karangasem memberikan keputusan terhadap Banjar Adat Dukuh, Banjar Adat Nagasari, dan Banjar Adat Tunggak untuk nyabu ke Desa Adat yang disebut Banjar Adat Sesabu Dukuh, Banjar Adat Sesabu Tunggak, dan Banjar Adat Sesabu Nagasari, serta ketiga banjar adat tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang sama di Desa Adat Bebandem.
Pada saat sekarang, semua banjar sudah disamakan menjadi Banjar Pakraman dan tidak ada lagi sebutan nama sesabu. Kurang lebih Isaka 1700 di Desa Adat Bebalang mengalami pergolakan sehingga terjadi krisis kepemimpinan, maka krama desa 40 orang datang ke Banjar Adar Sesabu Dukuh Nagasari memohon agar keturunan dari Sang Putus I Gusti Bebandem menjadi pemucuk/bendesa. Maka sejak saat itulah Desa Adat Bebalang berubah menjadi Desa Adat Bebandem. Perubahan nama Desa Adat Bebandem tersebut sebagai perwujudan rasa hormat Krama Desa Bebandem kepada keturunan I Gusti Bandem, yang pada saat itu dimohon menjadi pemucuk/bendesa. Kata Bebandem berasal dari dua suku kata yaitu be dan bandem. Be diambil dari kata depan Bebalang, sedangkan Bandem diambil dari kata nama belakang I Gusti Bandem. Dengan penyandian (penambahan) menjadi Bebandem. (Sukarti, Wawancara tanggal 1 Maret 2012).

Letak Geografis Desa Pakraman Bebandem
Secara Geografis Desa Pakraman Bebandem, Kedesaan dan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem berjarak 8 km dari kota Amlapura, serta 80 km dari arah timur kota Denpasar. Desa Pakraman ini memiliki luas wilayah 1.089.892 ha. Untuk lebih jelannya, lokasi penelitian akan penulis uraian dalam sub bahasan geografis desa dan keadaan penduduk diperoleh dari Profil Desa Desember 2009.
Desa Pakraman  ini memiliki luas  wilayah 1.089.892 hektar, yang telah dimanfaatkan untuk  perumahan  seluas 27.898 hektar (2,56%), untuk persawahan seluas 229.729 hektar (21,08%), untuk perkebunan seluas 790.757 hektar (72,55%), untuk kuburan seluas 2.500  hektar (0,23%), untuk pura seluas 15.200 hektar(1,39%), untuk lapangan seluas 1.000 hektar (0,09%), untuk pasar seluas 1.426 hektar (0,13%), untuk Kantor Desa dan gedung sekolah seluas 21.382 hektar(1,96%). Desa Pakraman Bebandem ini merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian  500 – 700 meter dari permukaan laut.
  Adapun wilayah Desa Pakraman Bebadem Kedesaan Dan Kecamatan Bebadem sesuai dengan awig-awig adat desa setempat yakni : sargah I  palet 4 pawos 1 mengenai wawengkon: Banjar Adat Desa; Banjar Adat Kayuputih; Banjar Adat Nagasari; Banjar Adat  Tunggak; Banjar Adat  Tengah; Banjar Adat Dukuh; Banjar Adat Tihingan Kangin; Banjar Adat Tihingan Kauh; Banjar Adat Tihingan Tengah.
Awig-awig adat desa setempat yakni : sargah I  palet 2 pawos 1 wewidangan :
a.       Sisi Kangin / Timur   Tukad Krekuk, Desa Adat Liligundi, Tohpati dan Desa Jungsri
b.      Sisi Kelod / Selatan  Pakraman Kastala dan Desa Papung
c.       Sisi  Kauh / Barat  Cingcing Buu Tukad  Dalem dan Desa Adat Sibetan
d.      Sisi Kaler / Utara  Rurung Pengalu, Desa  Adat Sibetan
           Wilayah daerah Desa Bebandem beriklim sub tropis, sedangkan pada umumnya mengalami musim hujan dari bulan Oktober sampai dengan bulan April. Akan tetapi, musim kemarau dari bulan April sanpai dengan bulan Oktobr, temparatur di wilayah ini minimal  25 oC – 27 oC.
            Keadaan curah hujan di Desa Bebandem relatif sedang  dengan curah hujan rata-rata 2907 mm / tahun. Desa Bebandem ini memiliki potensi yang cukup baik untuk lahan pertanian baik persawahan maupun perkebunan, mengingat penduduk Desa Bebandem adalah sepertiga lebih  sebagai petani,  mencapai 85 % dari jumlah penduduk yang ada.

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
    Harrah's Cherokee Casino & Hotel, Cherokee (North 평택 출장마사지 Carolina) · Casino. 0.4 miles from the 포천 출장샵 center of 남원 출장샵 town · Harrah's Cherokee 남양주 출장샵 · Casino. 0.5 경상북도 출장샵 miles

    BalasHapus