coba klik salah satu icon di bawah gambar pasti seru

Selasa, 17 Februari 2015

TEPI JANUR ( BUSUNG) PANTANG UNTUK BAHAN UPAKARA


 Dalam usana bali dikisahkan dewa pasupati yang berstana di Gunung maha meru mengutus anaknya Dewa putra jaya serta dewi danuh untuk pergi dan berstana di Bali. Sebelum berangkat ke Bali di anugrahi kain sebagai bekal dalam perjalanan ke Bali.

 Kain yang diberikan terbuat dari janur kelapa gading. Kini janur banyak digunakan untuk membuat banten atau upakara, janur yang warnanya kuning melambangkan sebuah kemakmuran dan kesemarakan sebuah persembahan.
 Namun ada sekelumit mitologi tentang janur. Janur bagi masyarakat hindu merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk jejahitan. Warna daunnya dominan berwarna kuning kalau kita perhatikan janur atau busung bagian pinggirnya seakan ada tepinya yang warnanya hijau. Bagi ibu-ibu yang biasa mejahitan biasanya pada bagian hijaunya ini selalu dibuang.
 Cerita ini berkaitan erat dengan kekalahan dari Sang Mayadanawa melawan pasukan Indra. Sang Mayadanawa bersembunyi pada pohon kelapa dan berubah wujud menjadi janur, ketika janur mau di tebas ia kembali kewujud aslinya. Ia adalah raja raksasa yang tidak percaya dengan tuhan, karena kesaktiannya ia menyamakan diri dengan tuhan. Hal itu menyebabkan ia sombong dan celak. Untuk itulah bagi umat yang menggunakan janur sebagai bahan upakara selalu membuang tepi janur.
 Selain memang kurang indah secara filosofis memuang tepi janur mengandung makna membuang segala keangkuhan dan kesombongan dalam melaksanakan upacara yadnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar