coba klik salah satu icon di bawah gambar pasti seru

Minggu, 22 Agustus 2021

Soal Penulaian Harian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas VII A

 Jawablah pertanyaan berikut pada kertas lempiran dan dikumpulkan kesekolah!

1. Kitab suci weda menggunakan bahasa.....

a.Pallawa      

b. Sansekerta

c.Jawa Kuno      

d. Dewa Nagari

2. Weda berasal dari kata vid  yang berarti......
a.Ilmu pengetahuan 
b. Keabadian
c.Sakral
d. Kesempurnaan

3. Weda bersifat Anandi Ananta yang berarti......
a.Tuntunan kebenaran
b. Bukan di ciptakan oleh manusia
c.Tidak berawal dan tidak berakhir
d. Tidak kaku

4.Secara garis besar weda dibedakan menjadi ..... bagian
a.Satu 
b. Dua
c. Tiga 
d. Empat

5.Weda merupakan wahyu Tuhan yang di turunkan kepada....

a. Sulinggih
b.  Sapta Rsi
c. Orang pintar 
d. Pemangku

6.Kitab suci yang berisikan wahyu dari Sang Hyang Widhi masuk dalam kelompok...
a.Smrti
b. Upaweda
c .Sruti
d. Wedangga

7.Reg  Weda, Sama Weda, Yayur Weda,  dan Atharwa Weda, disebut juga....
a.Catur Weda Samhita
b. Catur Parusa artha
c. Catur asrama
d. Upanisad

8.Kitab suci yang ditulis berdasarkan ingatan para Maha Rsi disebut....
a.Sruti
b. Smrti
c. Upaweda
d. Brahmana

9.Salah satu bagian dari Upaweda  kecuali...
a.Purana
b. Itihasa
c. Siksa
d. Arta Sastra

10.Weda smrthi disebut juga..
a.Chanda
b. Upanisad
c. Jyotisa 
d. Dharmasastra

11.Epos yang menceritakan tentang  perang Bharata yuda adalah...
a.Ramayana
b. Padma purana
c. Wisnu purana
d. Mahabaratha

12.Para Sulinggih melakukan pemujaan pada saat matahari terbit disebut..
a.Ngeweda
b.Nyurya sewana
c.Sesana Pandita
d. Meweda

13.Kumpulan mantra yang memuat tentang ajaran umum tentang lagu-lagu pujian/saman adalah...
a.Reg weda
b.Yayur weda
c.Sama weda
d. Atarwa weda

14. Atharwa  weda merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat tentang ajaran yang bersifat...
a.Baik dan sakral
b. Magis
c.Pemujaa
d. Nyayian

15.Kitab Brahmana terdiri dari..
a.Reg Weda, Sama Weda, Yajur Weda, Atharwa Weda
b.Aitareya, Kaustaki,  Tandya
c.Vedangga, Upaweda,  Agama
d.Siksa, Nirukta, Wyakrana

16.Epos Ramayana dikarang oleh...
a.Mpu Kanwa
b. Mpu Wararuci
c.Mpu Walmiki
d. Mpu yogiswara

17. Menurut kitab Manawa Darmasastra II. 10 bahwa sruti tiada lain adalah...
a.Veda
b. Purana
c.Dharmasastra
d. Agama

18.Menurut kitab Manawa Darmasastra II. 10 bahwa smrti tiada lain adalah...
a.Veda
b. Purana
c.Dharmasastra
d. Agama

19.Ktab Reg weda memiliki dua kitab Brahmana yaitu...
a.Aitareya Brahmana, Kausitaki Brahmana
b.Tandya Brahmana, Sadwisma Brahmana
c.Satapatha Brahmana, Gopatha Brahmana
d.Adbhuta Brahmana, Taitriya Brahmana

20.Dibawah ini merupakan bagian dari Wedangga Adalah...
a. Ayur Weda, Dhanur Weda, Kama Sutra
b. Siksa, Wyakarana, Chanda
c. Prasna, Mandukya, Chandogya
d. Brahmanisme, Wisnuisme, Siwaisme

Kamis, 11 Mei 2017

Makna Saput Poleng Kain Unik khas Budaya Bali




          Saput Poleng adalah kain bercorak kotak-kotak persegi dengan warna hitam-putih seperti papan catur. kain yang disebut saput poleng ini sudah merupakan bagian dari adat dan hidup dalam kehidupan adat  masyarakat Bali . Dimana Saput poleng bisa ditemukan hampir di setiap sudut tempat di Bali, baik di pura, di patung-patung, di bangunan, kawasan wisata, bahkan dipakai sebagai busana dalam acara khusus. Bagi orang Bali, kain yang disebut “saput poleng” memiliki fungsi khusus dan istimewa. Ada makna filosofis pada kain ini.

          Makna filosofis Saput poleng merupakan refleksi dari kehidupan kita yaitu baik dan buruk  yang dalam Hindu dikenal dengan istilah RwaBhineda adalah dua sifat yang bertolak belakang, yakni hitam-putih, baik-buruk, atas-bawah, suka-duka dan sebagainya.
 
         Arti Saput Poleng dalam bahasa Bali ‘saput’ artinya selimut, dan ‘poleng’ artinya belang. Selimut belang  yang bercorak kotak-kotak hitam-putih ini merupakan khas dari Bali. Dalam kontek adat di Bali, ‘saput’ juga bermakna busana, yang dalam bahasa Bali halus disebut ‘wastra’.  Sehingga ‘saput poleng’ diartikan sebagai ‘busana bercorak kotak persegi warna hitam-putih yang dipergunakan secara khusus

          Menurut tradisi ada tiga jenis Saput poleng yaitu: Salut Poleng Rwabhineda,  Saput Poleng Sudhamala dan  Saput Poleng Tridatu. 



1. Saput poleng Rwabhineda  


Berwarna putih dan hitam,
Warna terang dan gelap sebagai cermin baik dan buruk. 

















2. Saput poleng Sudhamala 


Berwarna putih, hitam dan abu. Abu sebagai peralihan hitam dan putih,. Artinya menyelaraskan yang baik dan buruk. 










3. Saput Poleng Tridatu  

Berwarna putih, hitam dan merah.  Merah simbol rajas (keenergikan), hitam adalah tamas (kemalasan), dan putih simbol satwam (kebijaksanaan, kebaikan).










        Saput Poleng sebagai simbul masyarakat Hindu di Bali digunakan oleh para pecalang, patung penjaga pintu gerbang, dililitkan pada kulkul/kentongan, dikenakan oleh balian, dihiaskan pada tokoh-tokoh itihasa (Merdah, Tualen, Hanoman, dan Bima), dikenakan oleh dalang wayang kulit ketika melaksanakan pangruwatan/penyucian, dililitkan pada pohon-pohon tertentu, atau dililitkan pada tempat suci yang diyakini berfungsi sebagai penjaga. Pada intinya Saput Poleng digunakan sebagai simbol penjagaan.

        Penggunaan ‘Saput Poleng’ Kain Kotak Hitam-putih di Bali ini khusus dalam artian: tidak dipergunakan di sembarang tempat dan sembarang acara atau kesempatan. Melainkan hanya ditempat khusus dan acara khusus saja. Saput Poleng Di Pura Pura di Bali terdiri dari beberapa bangunan pura yang masing-masing disebut ‘pelinggih’. Kelompok bangunan suci umat Hindu di Bali ini, memiliki tata-letak yang khas yang terdiri dari tiga wilayah:

(1) wilayah paling dalam disebut ‘jeroan’ yang murapakan mandala utama
(2) wilayah tengah disebut ‘jaba-tengah’ yang merupakan mandala madya
(3) wilayah luar disebut ‘jabaan’ yang merupakan mandala paling luar.

     Saput poleng ini khusus dipergunakan untuk bangunan pura termasuk patung yang berada di wilayah paling luar. Selain di pura, juga dipergunakan sebagai umbul-umbul dan payung yang ditancapkan di wilayah pura paling luar juga.
 


      Saput Poleng di Pekarangan dan Rumah di Bali. Pekarangan dan rumah orang Bali pun menggunakan tata ruang dan tata letak tiga mandala seperti pura dalam, tengah dan luar.  Saput poleng diperuhanakan di wilayah paling luar, di pura dan patung yang terletak di pekarangan paling luar, biasanya gerbang rumah.

Saput Poleng Sebagai Busana Orang Bali 


    Saput poleng juga dipergunakan sebagai busana untuk orang Bali itu sendiri. Saput poleng ini khusus dipergunakan hanya pada saat sedang melaksanakan tugas adat ,sehubungan dengan upacara dan upakara di wilayah luar baik itu di pura, rumah atau desa adat. Pecalang misalnya, adalah orang Bali yang sedang melaksanakan tugas adat untuk mengamankan suatu upacara di wilayah luar. Oleh sebab itu para pecalang biasanya menggunakan saput poleng kain kotak-kotak hitam putih sebagai kain, baju dan ikat kepala (udeng/destar).

sumber:
http://trovodizy.blogspot.co.id/2014/05/analisis-makna-dari-simbol-simbol-dalam_9078.html